Eliminasi Pada Ibu Hamil

Sistem Ginjal

Ginjal merupakan organ eksresi yang vital. Tujuan organ ini ialah mempertahankan lingkungan internal tubuh agar berada dalam status homeostatis yang relatif konstan. Hal ini penting untuk efisiensi fungsi tubuh pada tingkat seluler. Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam. Basa mengatur volume cairan ekstrasel. Mengeksresi produk sampah, dan menyimpan nutrien yang sangat penting.

Perubahan Anatomi
 
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine statis atau strategi urine menimbulkan beberapa konsekuensi
  1. Terdapat selang waktu antara waktu pembentukan urine sampai urien tersebut mencapai kadung kemih, oleh karena itu hasil tes klirens menunjukkan substansi yang terkandung dalam filtrasi glomerulus beberapa jam sebelumnya.
  2. Urine yang mengalami stagnasi merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu urini wanita hamil mengandung nutrient dalam jumlah ang lebih besar, termasuk glukosa, oleh karena itu selama wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih.
Iritabilitas kandung kemih, nokturia dan serine brkemih (urinary frequency) dan urgensi (tanpa disuria) umumnya dilaporkan pada awal kehamilan mendekati aterm, gejala pada kandung kemih dapat kembali muncul.
 
Urinary frequency merupakan akibat peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya merupakan akibat kompresi pada kandung kehih.
Pada trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser ke arah atas. Kongesti pinggul pada masa hamil di tunukkan oleh hiperimia kandung kemih dan uretra peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung  kemih sampai sekitar 1500 ml. pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

Perubahan Fungsi Ginjal
 
Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi glomerulus (glumerular filtration rate) dan aliran plasma ginjal (renal palsam flow) meningkat pada awal kehamilan (Cunningham, dkk, 1993). Ginjal wanita harus mengakomodisi tuntutan metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga mengekresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah akibat adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makan.
 
Ginjal berfungsi paling efesien saat wanita berbaring pada posisi rekumben lateral dan paling tidak efisien pada posisi terlentang. Saat wanita hamil berbaring terlentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung menurun akibat tekanan darah ibu dan frekuensi jantung anak menurun (vena kava atau sindrom hipotensi) begitu juga dengan volume darah ke ginjal. Apabila jantung merupakan aliran darah ke otak dan ke jantung tetap dipertahankan sehingga liran darah ke organ lain termasuk ginjal dan uterus menurun.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 
Reabsorbsi tubular ginjal yang selektif dipertahankan keseimbangan air dan natrium tanpa memperhatikan perubahan asupan diet-diet kehilangan melalui keringat, muntah atau diare. Dalam keadaan normal, 500 – 900 mEq natrium dipertahankan selama masa hamil untuk memenuhi kebutuhan janin karena kebutuhan akan volume cairan intravaskuler dan ekstravaskular meningkat, maka diperlukan tambahan natrium yang berlebihan, ginjal ibu beradaptasi secara signifikan dengan meningatkan keabsorbsi tubular. Walaupun sistem ginjal berlangsung dengan efisiensi, sistem ini dapat tergantung akibat diet natrium / konstriksi natrium yang berlebihan atau akibat penggunaan diuretik. Hipovolemia berat dan penurunan perfusi plasenta merupakan 2 konsekuensi keadaan ini.
Kapasitas ginjal untuk mengekskresi air selama minggu-minggu awal kehamilan kelebihan lebih efisien dari pada awal kehamilan sejumlah air yang hilang menyebabkan beberapa wanita merasa haus. Akumulasi air di tungkai bawah pada tahap lanjut kehamilan menurunkan aliran darah ginjal dan EFR. Respons diuretik terhadap akumulasi air terpaku saat wanita berbaring, terutama berbaring miring dan akumulasi cairan kembali memasuki sirkulasi umum. Akumulasi darah di tungkai bawah ini kadang-kadang disebut edema fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.
 
Dalam keadaan normal, ginjal mereabsorpsi hampir semua glukosa dan nutrien lain dari filtrat plasma. Pada wanita hami, reabsorpsi glukosa ditubulus terganggu sehingga terjadi glukosuria. Pada waktu dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Nilai normal glukosa dalam urine ialah 0 – 20 mg/dl. Dalam satu hari glukosa dalam urine kadang-kadang positif dan kadang-kadang negatif. Apabila positif, jumlah glukosa bervariasi dari +1 sampai +4.
 
Pada wanita tidak hamil, kadar glukosa darah harus berbeda dalam rentang 160 sampai 180 mg/dl. Sebelum glukosa didalam urine (tidak direabsorpsi). Selama masa hamil, glukosuria terjadi jika kadar glukosa ibu lebih rendah dari 160 mg/dl. Alasan mengapa glukosa dan nutrien lain, seperti asam amino, di buang selama masa hamil, tidak dimengerti dan mekanisme pasti yang menyebabkannya belum ditemukan. Walaupun strus glukosuria dapat dibentuk pada kehamilan normal.(cairan kad +1, ibu memperlihatkan peningkatan ansietas). Kemungkinan diabetes melitus tetap diingat.
 
Albumin dan globumin → protein yang bukan merupakan unsur normal urine pada waktu kapan pun. Sejumlah kecil protein kadang-kadang dapat ditemukan dalam urine yang pekat atau urine pertama pada pagi hari setelah bangun tidur. Namun, pada waktu kapanpun, temuan protein dalam jumlah yang dapat diukur (lebih dari 150 mg dalam 24 jam) merupakan tanda signifikan penyakit ginjal.

Perubahan Pada Saluran Kemih Selama Kehamilan
 
Pada kehamilan normal terjadi perubahan-perubahan bermakna baik pada struktur maupun fungsi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih adalah salah satu perubahan anatomis paling signifikan yang ditimbulkan oleh kehamilan. Perubahan tersebut menyebabkan dilatasi kaliks dan pelvis ginjal, juga ureter. Sebagian wanita memperlihatkan dilatasi sebelum uterus mencapai tepi panggul pada usia gestasi sekitar 14 minggu. Hal ini mengisyaratkan adanya pengaruh hormon yang melemaskan lapisan-lapisan saluran kemih. Terjadi dilatasi lebih lanjut pada kehamilan 21 minggu akibat penekanan mekanis dan ureter terutama di sisi kanan. Sebagian besar kecuali 6% wanita dengan dilatasi saluran kemih yang dipicu oleh kehamilan memperhatikan pemulihan dalam 2 sampai 4 hari setelah pelahiran yang menarik saluran kemih janin juga mengalami dilatasi seperti pada ibunya.
 
Konsekuensi penting dari dilatasi oleh obstruksi adalah kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih bagian atas. Faktor predisposisi lain untuk infeksi adalah meningkatnya refluks vesikoureter. Perubahan-perubahan normal yang berkaitan dengan kehamilan ini juga dapat menyebabkan kesalahan interprestasi pada berbagai pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi obstruksi yang dicurigai patologis.
 
Tanda-tanda peningkatan fungsi ginjal segera muncul setelah konsepsi. Hal ini tampaknya terjadi karena vasodilatasi intrarenal yang diinduksi oleh kehamilan. Aliran plasma ginjal dan filtrasi glomerulus efektif masing-masing meningkatkan rata-rata 40 dan 65%. Perubahan-perubahan ini memiliki relevansi klinis saat kita menginterprestasi hasil-hasil pemeriksaan ginjal. Sebagai contoh, konsentrasi kreatinin dan urea serum sangat menurun, perubahan lain adalha perubahan yang berkaitan dengan pemeriksaan homeostasis asam-basa normal, osmoregulasi, serta retensi cairan dan elektrolit.

Traktus Urinarius
 
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh utreus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul pada akhir kehamilan. Bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kecing mulai tertekan kembali.
 
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya, atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan pielitis dekstra.
 
Disamping sering kencing tersebut diatas terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi diglomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorpsi ditubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.
Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan karena hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik usus dan perbesaran uterus yang menahannya. “Waktu” yang teratur, bersama asupan cairan ekstra dan laksatif buah-buahan adalah cara terbaik nonmedis yang sangat dianjurkan. Pelembu feses dan laksatif ringan munngkin diresepkan bila perlu.
 
Sering perkemihan merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan terakhir masa kehamilan karena rongga perut dipenuhi oleh uterus dan peningkatan sensitifitas kongesti darah jaringan. Bagaimanapun bila terlalu sering berkemih ini diikuti oleh rasa nyeri atau darah dan urine bernanah, dokter harus diingatkan segera.
 
Albumiuria adalah tanda bahaya dari abnormal fungsi ginjal. Karena hal ini tidak dapat terlihat dengan mata telanjang, pemeriksaan albumin dilakukan setiap kali kunjungan pernatal untuk menentukan bila terjadi albumin pada urin.

Sepsis

1.    Pendahuluan

Sepsis, sindroma sepsis maupun syok septik merupakan salah satu penyebab kematian yang mencolok di rumah-rumah sakit. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan cara pengobatan yang adekuat, atau ketidakjelasan dasar pengelolaan maupun terapi yang diberikan.

Infeksi pada rongga mulut seperti abses atau selulitis bila tidak ditangani secara adekuat dapat menajdi suatu induksi untuk terjadinya sepsis, dan bahkan terkadang pasien datang sudah dalam keadaan sepsis. Mengingat keadaan sepsis ini akan dengan cepat berubah menjadi keadaan yang lebih berbahaya, maka pengenalan sepsis dii sangat diperlukan. Pada makalah ini akandibahas mengenai tanda-tanda sepsis, syok septik, mekanisme serta penangannya.

Sepsis neonatus, sepsis neonatorum dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respon terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu, apakah harus dibatasi berdasarkan pad infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, ada pembahasan yang cukup banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaan perawatan kritis. Hal ini merupakan akibat dari ledakan informasi mengenai patogenesis sepsis dan ketersediaannya zat baru untuk terapi potensial, misalnya, antibodi monoklonal terhadap endotoksin dan faktor nekrosis tumor (TNF), yang dapat mengobati sepsis yang mematikan pada binatang percobaan. Untuk mengevaluasi dan memanfaatkan cara terapi baru ini secara tepat, “sepsis” memerlukan definisi yang lebih tepat. Pada orang dewasa, istilah sindrom respons radang sistemik (SIRS) digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis yang ditandai oleh 2 atau lebih hal berikut ini: (1) demam atau hipotermia, (2) takikardia, (3) takipnea, dan (4) kelainan sel darah putih (leukosit) atau peningkatan frekuensi bentuk-bentuk imatur. SIRS dapat merupakan akibat dari trauma, syok hemoragik, atau sebab-sebab iskhemia lain, pankreatitis atau jejas imunologis. Bila hal ini merupakan akibat dari infeksi, keadaan ini disebut sepsis. Kriteria ini belum ditegakkan pada bayi dan anak-anak, dan tidak mungkin dapat diterapkan pada bayi baru lahir. Meskipun demikian, konsep sepsis sebagai sindrom yang disebabkan oleh akibat infeksi metabolik dan hemodinamik terasa masuk akal dan penting. Di masa mendatang, definisi sepsis pada bayi baru lahir dan anak akan menjadi lebih tepat. Saat ini, kriteria sepsis neonatorum harus mencakup adanya infeksi pada bayi baru lahir yang menderita penyakit sistemik serius yang tidak ada penjelasan non-infeksi dan patofisiologi abnormalnya. Sakit sistemik serius pada bayi baru lahir (Tabel 98-1) dapat disebabkan oleh asfiksia perinatal, penyakit saluran pernafasan, penyakit jantung, metabolik, neurologis, atau hematologis. Sepsis menempati bagian kecil dari semua infeksi neonatus. Bakteri dan Candida merupakan agen etiologi yang paling sering, namun virus dan kadang-kadang protozoa, dapat juga menyebabkan sepsis. Biakan darah mungkin negatif, menambah kesulitan dalam menegakkan infeksi secara etiologi. Akhirnya, infeksi dengan atau tanpa sepsis dapat muncul secara bersamaan dengan penyakit non-infeksius pada bayi baru lahir, anak, atau orang dewasa.

EPIDEMIOLOGI. Insidensi sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar sepanjag waktu dan tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan.angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi yang berat badan lahir rendah dan bila ada fkator risiko ibu (obstetrik) atu tanda-tanda korioamnionitis, seperti ketuban pecah lama (>18 jam), demam intrapartum ibu (> 37,50), leukositosis ibu (>18.000), pelunakan uterus dan takikardia janin (>180 kali/menit).

Faktor resiko host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacazt imun didapat atau kongenital, galaktosemia (Escherichia coli), pemberian besi intramuskuler (E coli), anomali kongenital (saluran kencing, asplenia, myelomeningokel, saluran sinus), amfalitis dan kembar (terutama kembar dua dari janin yang terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor risiko baik pada sepsis mulai-awal maupun mulai-akhir.

ETIOLOGI. Bakteri, virus, jamur dan protozoa (jarang) dapat menyebakban sepsis pada neonatus (lihat Tabel 98-1_. Penyebab yang paling sering dari sepsis mulai-awal adalah streptokokus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis mulai-akhir dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simpleks (HSV), enterovirus dan E.coli K1. pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan stafilokokus koagulasae-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis mulai-akhir.

PATOGENESIS. Walaupun jarang terjadi, penghiurpan cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan sdistres janin atau asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.

Manifestasi fisiologi respons terhadap peradangan ditengahi oleh berbagai sitokin proradang, terutama TNF, interleukin-1 (IL-1), dan IL-6) dan oleh hasil samping aktivasi sistem komplemen dan koagulasi. Walaupun penelitian pada bayi baru lahir terbatas, namun nampak bahwa produksi beberapa sitokin dapat menurun, yang konsisten dengan terganggunya respons radang. Namun peningkatan kadar IL-6, TNF, dan faktor pengaktif trombosit telah dilaporkan pada bayi baru lahir yang menderita sepsis neonatorum dan enterokolitis nekrotikans (NEC). IL-6 nampaknya merupakan sitokin yang paling sering meningkat pada sepsis neontorum.

MANIFESTASI KLINIS. Pada bayi baru lahir, infeksi harus dipertimbangkan pada diagnosis banding tanda-tanda fisik. Semua ini mungkin mempunyai penjelasan noninfeksi. Bila banyak sistem terlibat atau bila tanda-tanda kardiorespirasi menunjukkan sakit berat, maka sepsis harus dipikirkan. Sepsis dapat ditandai oleh tanda-tanda yng terdapat pada Tabel 95-1. tanda awal mungkin terbatas pada hanya satu sistem, seperti apnea, takipnea dengan retraksi, atau takikardia, namun pemeriksaan laboratorium dan klinis secara menyeluruh biasanya akan mengungkapkan kelainan lainnya (lihat Tabel 95-2). Bayi yang tersangka sepsis seharusnya diperiksa untuk mengetahui penyakit sistem multiorgan. Asidosis metabolik sering terjadi. Hipoksemia dan retensi karbondioksida dapat dikaitkan dengan sindrom disters pernapasan kongenital dan dewasa (RDS) atau penumonia.

Banyak bayi baru lahir yang terinfeksi tidak memiliki kelainan fisiologi sistemik yang serius. Banyak bayi dengan pneumonia dan bayi dengan NEC stadium II tidak menderita sepsis. Sebaliknya, NEC stadium III biasanya disertai oleh gejala sistemik sepsis, dan infeksi saluran kencing (UTI) akibat uropati obstruktif, dapat mempunyai kelainan hematologis dan hepatis yang serupa dengan sepsis. Setiap bayi harus dievaluasi kembali sepanjang waktu untuk menentukan apakah perubahan fisiologis akibat infeksi telah mencapai tingkat sedang hingga berat yang konsisten dengan sepsis.

Manifestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda edema serebral dan/atau trombosis, gagal napas sebagai akibat sindrom disters respirasi didapat (ARDS), hipertensi pulmonal, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit hepatoseluler dengan hiperbilirubinemia dan peningkatan enzim, waktu protrombin (prothrombin time [PT} dan waktu tromboplastin parsial (partial thromboplastin time [PTT] yang memanjang, syok septik, perdarahan adrenal disertai insufisiensi adrenal, kegagalan sumsum tulang (trombositopenia, netropenia, anemia), dan koagulasi intravaskular diseminata (diseminated intravascular coagulation [DIC]).

DIAGNOSIS. Adanya infeksi merupakan kriteria diagnosis pertama yang harus ditemukan. Adalah penting untuk dicatat bahwa bayi dengan sepsis bakteri dapat memiliki biakan darah negatif, sehingga pendekatan lain untuk identifikasi harus diambil. Uji untuk menunjukkan respons radang meliputi laju endap darha, protein C-reaktif, haptoglobin, fibrinogen, pewarna tetrazolium nitroblue, dan fosfatase alkali leukosit. Pada umumnya, uji ini memiliki sensitivitas yang terbatas dan tidak membantu. Hanya angka hitung darah lengkap serta hitung jenis dan rasio neutrofil imatur terhadap neutrofil total yang dapat memberikan informasi prediktif segera dibandingkan dengan standar umur. Neutropenia lebih sering terjadi daripada neutrofilia pada sepsis neonatorum berat, namun neutropenia ini dapat juga terjadi berkaitan dengan hipertensi ibu, sensitisasi neonatus, perdarahan periventrikular, kejang-kejang, pembedahan, dan mungkin hemolisis. Bila rasio neutrofil imatur dibanding neutrofil total 0,16 atau lebih besar, hal ini menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Kriteria besarnya perubahan fisiologi pada bayi baru lahir dengan sepsis kini belum ditentukan, namun harus sesuai dengan pengaruh sitemik mediator endogen pada satu atau lebih sistem organ. Misalnya, pengaruh sepsis pneumonia pada fungsi respirasi harus melampaui kerusakan lokal pada paru-paru. Dengan demikian, untuk menentukan sepsis harus dilakukan pemeriksan laboratorium.

PENGOBATAN. Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi entimikrobia pada patogen yang dicurigai atu yang telah diketahui dan perawatan pendukung. Cairan, elektrolit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan jika sekresi hormon antidiuretiktidak memadai. Syok, hipoksia, dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian agen inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi mekanik. Oksigenasi jaringan yang cukup harus dipertahankan karena dukungan ventilasi seringkali diperlukan untuk gagal napas yang disebabkan oleh pneumonia kongenital, sirkulasi janin menetap, atau RDS dewasa (syok paru-paru). Hipoksia refrakter dan syok memerlukan oksigenasi membran ekstrakorporeal, yang telah menurunkan angka mortalitas pada bayi cukup bulan dengan syok sepsis dan sirkulasi janin persisten. Hiperbilirubinemia harus dipantau dan ditangani dengan tranfusi tukar karena risiko kern ikterik meningkat oleh adanya sepsis dan meningitis. Nutrisi parenteral harus dipertimbangkan pada bayi yang tidak dapat makan secara enteral.

2.    Diagnos Keperawatan
  • Gangguan keseimbangan suhu tubuh sehubungan dengan infeksi.
  • Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
  • Gangguan pemenuhan O2 sehubungan adanya perfusi jaringan.
3.    Implementasi
  • Menghilangkan / mereduksi kuman penyebab infeksi dengan cara pemberian antibiotik yang adekuat, diperlukan walaupun belum ada hasil mikrobiologi mengingat sepsis merupakan infeksi dengan resiko bahaya kematian bagi penderita cukup tinggi.
  • Melakukan drainase adekuat, eksisi jaringan nekrosis, pengeluaran benda asing dan tindakan bedah lainnya untuk menghilangkan sumber infeksi.
  • Pemberian Kortikosteroid
4.    Perencanaan

a.    Mengembalikan perubahan hemodinamik yang terjadi dan mengembalikan agar perfusi jaringan berlangsung baik, dengan cara pemberian cairan, pemberian cairan ini berdasarkan pada perubahan fisiologis yang terjadi pada penderita dehidrasi akibat diare, yaitu : 10 – 20 ml / kk BB dalam 20 menit.

b.    Mempertahankan dan memulihkan fungsi organ tubuh yang terganggu :
  • Memperbaiki jalan nafas : oksigenasi cukup, jalan nafas harus baik (bebas obstruksi).
  • Pemberian cairan yang adekuat : guna mempertahankan volume darah, hal ini diperlukan untuk mengembalikan fungsi homeostasis.
  • Perawatan intensif pasca bedah yang baik.
  • Evaluasi pasca bedah untuk mengetahui sumbre infeksi lain yang tidak terdrainase sehingga memerlukan pembedahan kedua.

Diet Pada Pasien Jantung

Pengertian
Diet adalah pengaturan makanan. Penyakit jantung adalah penyakit yang multi faktor yang dapatmenjadi sebab penyakit jantung seperti hipertensi, merokok

Faktor – Faktor Penyakit Jantung
  1. Hipertensi dapat memperberat kadar kolesterol darah
  2. Merokok, yang dapat merubah metabolisme kolesterol
  3. Tingginya kadar kolesterol yang dipengaruhi oleh asupan lemak
  4. Obesitas, merupakan faktor penyakit jantung. Obesitas berhubungan dengan kadar kolesterol dan tekanan darah
Tindakan dan Pencegahan Resiko Penyakit Jantung

1.    Mengkonsumsi makanan bervatreasi
Mengkonsumsi makanan bervareasi baik kuantitas maupun kualitas zat gizi dari setiap kelompok bahan makanan, dengan komposisi:
•    Protein (hewani dan nabati) 25% (ikan, daging,ayam, kacang- kacangan)
•    Karbohidrat 25% (nasi, mie, roti, ubi)
•    Sayur dan buah 50% (wortel bayam, kacang panjang, aneka buah) 

2.    Membatasi konsumsi makanan tinggi kolesterol
Kolesterol adalah unsur terpenting terjadinya proses penumpukan plak dengan proses penguapan dan penimbunan elemen –elemen lemak, juga diakumulasikan protein, karbohidrat,unsur-unsur darah dan jaringan ikat. Bila aterosklerosis terjadi dipembuluh darah jantung (koroner) sehingga mengganggu aliran darah dan okigenasi keotot jantung menimbulkan jantung koroner.
 
Fungsi kolesterol dalam tubuh
•    Mesintesis asam empedu yang diperlukan untuk pencernaan lemak
•    Mesintesis hormon steroid
•    Mesintesis vitamin D
•    Sebagai komponen membran sel

3.    Membatasi konsumsi makanan tinggi asam lemak jenuh
Asam lemak merupakan penyebab utama peningkatan kolesterol fungsi lemak dalam tubuh
•    Mensintesis bahan bakar metabolisme seluler
•    Merupakan bagian pokok dari membran seluler
•    Sebagai Mediator Aktifitas biologi antar sel
•    Pelarut vitamin A,D,E,K agar dapat diserap tubuh

4.    Peningkatkan konsumsi asam lemak asensial
Asam lemak asensial = asam lemak tak jenuh ganda terdiri dari
  • Omega 3, contoh: Ikan laut yang berlemak seperti tenggiri, kembung dan tongkol
  • Omega 6, contoh: minyak nabati seperti minyak biji matahari, margarin, minyak jagung dan minyak kedelai.
Meningkatkan Konsumsi Makanan Berserat Sarat mempunyai fungsi berbeda-beda. Serat yang mampu menurunkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol lokal adalah jenis serat yang larut yang dapat dalam biji-bijian sayur – sayuran, buah-buahan, polong – polongan dan kacang-kacangan
 
Jenis Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh di MakanSemua jenis makanan boleh dikonsumsi kecuali makanan yang berminyak dan menggunakan santen

Demam Berdarah (Dengue Blood Desease)

PENGERTIAN

DENGUE BLOOD DESEASE (demam berdarah) adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti

TANDA – TANDA DEMAM BERDARAH
  • panas selama 2 – 7 hari
  • nyeri ulu hati
  • bintik merah pada kulit
  • mimisan / pendarahan di hidung dan gusi
  • muntah dan berak darah
  • gelisah disertai keringat dingin

CIRI – CIRI NYAMUK PENULAR DEMAM BERDARAH
  • badan kecil berwarna hitam dan bintik – bintik putih
  • menggigit pada siang hari
  • gemar hidup di tempat gelap dan lembab
  • pertumbuhan nyamuk dewasa kurang lebih 10 hari
  • hidup didalam rumah dan sekitar rumah
  • senang hidup dipakaian menggantung

CARA NYAMUK BERKEMBANG BIAK
  • nyamuk bertelur pada tempat yang berisi air jernih didalam / diluar ruangan seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, drum, kaleng – kaleng bekas
  • beberapa hari kemudian nyamuk menetas kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa

CARA PENCEGAHAN
  1. memelihara lingkungan tetap bersih
  2. melakukan pemberantasan nyamuk dengan menutup dan menguras penampung air setiap minggu
  3. membakar dan membuang sampah yang dapat menampung air
  4. mengubur barang – barang yang dapat menampung air agar tidak menjadi sarang nyamuk
  5. bersihkan selokan
  6. tidak membiarkan baju menggantung
  7. bersihkan bak mandi tiap minggu
  8. lakukan penyemprotan
  9. gunakan serbul abate pada air untuk mencagah nyamuk berkembang biak

PERAWATAN
  • Beri minum banyak seperti :
        o air gula / oralit
        o air kelapa
        o air putih
  • berikan obat penurun panas
  • kompres dengan air dingin atau air es
  • segera bila terdapat tanda – tanda DBD (demam berdarah) terlihat bawa ke PUSKESMAS terdekat

Anggina Pektoris

Anggina Pektoris adalah :

Suatu gejala klinis serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali menjalar ke angan kiri

Penyebab Angina Pektoris
  1. Aktivitas mendadak
  2. Makanan berlemak tinggi
  3. Udara dingin
  4. Merokok
  5. Stress Emosional
Tanda dan Gejala Angina Pektorsis
  1. Perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara bertahap menyebar ke rahang bawah, permukaan dalam tangan kiri
  2. Sakit dada timbul saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti
  3. lama serangan berlangsung antara 1 - 5  menit
Penanganan
Dengan membatasi aktivitas maka akan mengurang kerja jantung. Bila terjadi serangan pasien harus istirahat serta menghentikan aktivitas dan segera menghubungi dokter atau unit emergency. Istirahat yang cukup sering dapat menghilangkan rasa nyeri

Pencegahan Angina Pektorsis
a.    Aktivitas
  1. Lakukan latihan untu meningkatkan sirkulasi, mencegah serangan angina dan meningkatkan kesehatan
  2. Rencanakan Progam latihan berdasarkan kemampuan jantung
  3. Latihan dapat dikerjakan adalah berjalan joging, bersepeda atau renang
b.    Diet
  1. Lalukan diet penurunan berat badan bagi yang memiliki berat badan berlebih
  2. Pembatasan kalori dan lemak
  3. Hindari makanan berlemak
c.    Penggunaan Tembakau
  1. Hindari penggunaan semua jenis tembakau
  2. Anjurkan untuk berhenti merokok
  3. Jika terus merokok jangan terus menerus
d.    Cuaca Dingin
  1. Tingkatkan metabolisme sewaktu kedinginan
  2. Berpakaian tebal
  3. Menghindari aktivitas berlebihan
e.    Stress Emosional
  1. Ketahui dan lepaskan penyebab stress
  2. Gunakan langkah-langkah untuk menurunkan respon stress, ketika stress berlangsung misalnya dengan teknik relaksasi
  3. Dapatkan tidur yang adekuat dengan teratur

Anemia

Definisi

Anemia definisi zat besi adalah keadaan dimana dukungan zat besi tubuh total turun dibawah tingkat normal

Penyebab
  1. Kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya: pada bayi hanya diberi susu saja selama 12 – 24 bulan
  2. Penyerapan zat besi yang tidak optimal
  3. Perdarahan, misal : perdarahan akibat menstruasi yang berlebihan, perdarahan pada saluran cerna
  4. Kehamilan, seplai zat besi ibu dilahirkan kejanin untuk pembentukan sel darah merah pada janin, sehingga ibu tersebut menyebabkan kekurangan zat besi
Tanda dan Gejala

a)    Anemia definisi zat besi berat
  • rambut mudah rontok
  • kuku tipis dan mudah rapuh
  • bibir pecarh-pecah, lidah pucat dan licin
  • keinginan makan statu yang tidak lazim, misal : tanah liat, kanji pukai, ohaves 
b)    kelelahan, lemah, wajah pucat dan kurang bergairah.
c)    Sakit kepala dan mudah marah
d)    Tidak mampu berkonsentrasi
e)    Mudah terkana infeksi
f)    Denyut nadi cepat dan dada berdebar – debar

Pencegahan dan Perawatan

Pencegahan
a.    Nutrisi
  • Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misal : hati sapi, ikan, ayam, kacang-kacangan (misal: buncis, kapri, kedelai), saturan hijau (misal : bayam) kismis .
  • Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C, misal : jeruk, mangga, dll
  • Pemenuhan nutrisi pada bayi yang disusui, misal : dengan memberikan sereal yang diperkaya dengan zat besi
  • Pemberian susu – lanjutan pada bayi yang diperkaya dengan zat besi, misal : Promil Gold
b.    Pencegahan dengan Penggunaan Bahan – Bahan Alami
  • 60 gram daun bayam merah direbus dengan air secukupnya
  • selanjutnya tambahkan 1 kuning telur ayam kampung
  • ramuan tersebut dapat dimakan
Perawatan 
a.    Bimbingan nutrisi perlu diberikan kepada klien yang diet normalnya tidak adekuat
b.    Mengurangi aktivitas yang berlebih dan istirahat yang cukup
c.    Lakukan upaya untuk membersihkan pada daerah mulut sesering mungkin karena obat sulfat ferosus cendrung meninggalkan bekas didaerah gigi dan gusi

Pengobatan 
  • Suplementasi zat besi diperlukan untuk meningkatkan hemoglobin (Hb) dan mengembalikan cadangan zat besi
  • Contoh obat :     Sulfat Ferosu, Glukonat Ferosus,Fumarat Ferosus 
  • Sedangkan obat yang paling murah dan efektif adalah Sulfat Ferosus