Komunikasi Therapeutik

Pengertian
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam pencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Stuart. G.W. 1998).

Komunikasi therapeutik adalah kemampuan atua keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. (Northhouse, 1998).

Tujuan
Tujuan komunikasi therapeutik adalah :
  1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
  2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan akan saling bergantung dengan orang lain.
  3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
  4. Identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Prinsip
Prinsip komunikasi therapeutik yaitu :
  1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan therapeutik yang saling menguntungkan.
  2. Perawat harus menghargai keunikan klien.
  3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menajga harga diri pemberi maupun penerma pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
  4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust).
Menghadirkan Diri
Menurut Haber J (1982) terdapat sebuah sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan
Berhadapan artinya menghadap klien, dengan jujur dan terbuka yaitu sikap tubuh dan wajar menghadap ke klien.

2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mendengar dan memperhatikan klien. Kontak mata pada level yang sama atau sejajar berarti menghargai klien dan mengatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah pasien.
Posisi ini menunjukkan bahwa perawat merespons dan perhatian terhadap klien, dan menunjukkan keinginan untuk membantu klien.

4. Mempertahankan sikap terbuka.

5. Tetap rileks.

Tahapan komunikasi therapeutik

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
  • Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemaasn, sebelum berinteaksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri.
  • Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri.
  • Mengumpulkan data tentang klien.
  • Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
  • Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.
  • Merumuskan kontrak bersama klien.
  • Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
  • Merumuskan tujuan dengan klien.
3. Tahap Kerja

Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Pada tahap ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respon verbal maupun non verbal klien.
Dalam tahap kerja perawat perlu melakukan Active Listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.

4. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat-klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien.

Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.

Tugas perawat pada tahap ini adalah :
  • Mengevaluasi encapaian tujuan dari interaksi yang telah dilakukan. Evaluasi ini disebut evaluasi objektif.
  • Melakukan evaluasi subyektif. Evaluasi subjektive dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
  • Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi interaksi yang telah dilakukan.
  • Membuat kontak untuk pertemuan berikutnya.

Strategi menanggapi respon klien

1. Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

2. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi therapeutik.

3. Mengulang
Mengulang yaitu kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien.

4. Klasifikasi
Klasifikasi adalah meyakinkan kembali ide-ide pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.

5. Refleksi
Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kembali klien.

6. Memfokuskan.
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10. Mengubah cara pandang
11. Eksporasi
12. Membagi persepsi
13. Mengidentifikasi tema
14. Humor
15. Memberi pujian

Penyakit Menular Seksual - PMS

DEFINISI

PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral,anal atau vagina)
PMS juga di artikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang di  tularkan melaluli hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat  kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati otak, dan organ tubuh lainya.

BAHAYA PMS
  1. Menyebabkan kemandulan
  2. Menyebabkan keguguran
  3. Menyebabkan kanker leher rahim
  4. Infeksi yang menyebar
  5. Beberapa PMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati.
  6. PMS dapat menular kepada bayi
  7. PMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS
  8. Beberapa PMS ada yang tidak bisa disembuhkan
  9. Beberapa PMS seperti HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat menyebabkan kematian.

JENIS PMS :
  1. Gonore
  2. Klamidia
  3. Herpes genitalis
  4. Sifilis
  5. Candidiasis
  6. HIV/AIDS
Penyakit Menular Seksual - PMS
TANDA GEJALA PMS
Pada laki-laki
  1. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis /alat kelamin
  2. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin
  3. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
  4. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
  5. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing
  6. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk
  7. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok
  8. Kehilangan berat badan yang drastris, di sertai mencret terus menerus, dan sering demam serta berkeringat malam.
Pada perempuan
  1. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
  2. pada Rasa nyeri perut bagian bawah
  3. Keputihan berwarna putih susu, Pengeluaran lendir pada vagina / alat kelamin
  4. bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.
  5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
  6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
  7. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

CARA PENULARAN
  1. Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis didalam vagina)
  2. Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus)
  3. Hubungan seksual lewat oral (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh vagina)
  4. Melalui tranfusi darah dengan penderita PMS
  5. Menggunakan jarum suntik bersama
  6. Ibu kepada bayinya. Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran, setelah lahir.

PMS Tidak Menular Melalui :
  1. Duduk bersebelahan dengan penderita PMS
  2. Penggunaan toilet bersama penderita
  3. Bekerja terlalu keras
  4. Menggunakan kolam renang umum bersama penderita
  5. Berjabat tangan dengan penderita

CARA MENCEGAH PMS
  1. Hindari seks yang tidak aman atau beresiko
  2. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS Hindari seks bebas
  3. Setia pada pasangan
  4. Hindari hubingan seksual
  5. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

Perubahan Fisiologis MATERNAL / KEHAMILAN

# SISTEM REPRODUKSI

a) Suplai Darah
Meningkat segera setelah konsepsi (bertemunya sel sperma & sel telur) karena peningkatan kadar hormon-hormon steroid seksual.

b) Serviks
Segera setelah periode tidak terjadinya menstruasi pertama, serviks menjadi lebih lunak sebagai akibat meningkatnya suplai darah.

c) Uterus
Perubahan yang amat jelas pada anatomi maternal (kehamilan) adalah perbesaran uterus untuk menyimpan Bayi yang sedang tumbuh.

d) Vagina
Sampai minggu kedelapan, meningkatnya vaskularisasi (sistem peredaran darah) pada vagina menyebabkan tanda kehamilan yang khas, berwarna keunguan yang dapat terlihat oleh pemeriksa.

# SISTEM INTEGUMEN

a) Payudara
Rasa kesemutan, nyeri tekan pada payudara, yang secara bertahap mengalami perbesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah.

b) Kulit
  • Striae gravidarum (tanda regangan, terlihat pada abdomen dan bokong terjadi pada 50 % wanita hamil dan menghilang menjadi bayangan yang lebih terang setelah melahirkan)
  • Pigmentasi
  • Respirasi & sekresi kelenjar lemak
Perubahan Fisiologis MATERNAL - KEHAMILAN
# SISTEM ENDOKRIN
  1. Ovarium & plasenta
  2. Kelenjar tiroid
  3. Kelenjar paratiroid
  4. Pankreas
  5. Kelenjar pituitari
  6. Kelenjar adrenal

# SISTEM KARDIOVASKULER

# SISTEM MUSKULOSKELETAL
  1. Gigi, tulang & persendian
  2. Otot

# SISTEM PERNAFASAN
  1. Paru-paru & pernafasan
  2. Membran mukosa

# SISTEM GASTRO INTESTINAL
 
# SISTEM PERKEMIHAN
 
# SISTEM PERSARAFAN
  1. Saraf Perifer
  2. Otak
  3. Peningkatan Berat Badan

Luka Episiotomi (Vulva Hygiene)

A. Pengertian

Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.

B. Tujuan
  1. Untuk mencegah infeksi
  2. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum
  3. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.

Luka Episiotomi (Vulva Hygiene)

C. Persiapan Alat
  1. Kapas sublimat
  2. Alas pantat
  3. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
  4. Pispot
  5. Betadin dan kain kasa
  6. Bengkok
D. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.

Pelaksanaan Luka Episiotomi (Vulva Hygiene)
E. Pelaksanaan
  1. Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
  2. Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
  3. Perawat mencuci tangan
  4. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka
  5. Pengalas dan pispot dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
  6. Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
  7. Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
  8. Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka libia minora. Vulva dibersihkan mulai dari libia minora kiri, libia minora kanan, libuia mayora kiri, libia mayora kanan, vestibulum, perineum.
  9. Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
  10. Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya.
  11. Jahitan perineum dikompres dengan betadin
  12. Pispot diangkat
  13. Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
  14. Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula